Diana Apdiani
Minggu, 17 Maret 2013
psikoterapi
1. Pengertian Psikoterapi, Psikoterapi adalah serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu psikologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang.
2. Tujuan Psikoterapi,
-Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal-hal yang benar.
-mengurangi tekanan emosional.
-mengembangkan potensi klien.
-mengubah kebiasaan.
-memodifikasi struktur kognisi.
-memperoleh pengetahuan tentang diri
-mengembangkan kemampuan berkomunikasi
-hubungan intrapersonal
-meningkatkan kemampuan mengambil keputusan
-mengubah kondisi fisik
-mengubah kesadaran diri
-mengubah lingkungan sosial.
3. Unsur Psikoterapi,
-Peran sosial (martabat) psikoterapis.
-Hubungan (persekutuan terapeutik).
-Hak.
-Retrospeksi yaitu pengamatan dan pelaporan objektif satu pengalaman yang disadari, yang telah berlangsung di masa lampau.
-Rehabilitasi yaitu restorasi atau perbaikan, pengalihan yang mengarah pada normalitas, atau pemulihan menuju status yang paling memuaskan terhadap individu yang pernah menderita luka atau menderita satu penyakit mental.
-Resosialisasi.
-Rekapitulasi yaitu perkembangannya, organisme berlalu lewat bermacam-macam tahap karakteristik perkembangan evolusioner dari rasa tau sukunya. 4. Perbedaan Psioterapi dengan Konseling, Konseling atau penyuluhan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor atau pembimbing) pada individu yang mengalami suatu masalah (disebut konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Frank Parsons pada tahun 1908 saat dia melakukan konseling karier. Selanjutnya juga diadopsi oleh Carl Roger yang kemudian mengembangkan pendekatan terapi yang berpusat pada klien (client centered). Perbandingannya dengan psikoterapi adalah, konseling lebih berurusan dengan klien (konseling) yang mengalami masalah yang tidak terlalu berat sebagaimana halnya yang mengalami psikopatologi, skizofrenia, maupun kelainan kepribadian. Umumnya konseling berasal dari pendekatan humanistic dan berpusat pada klien. Konselor juga berhubungan dengan permasalahan sosial, budaya dan perkembangan selain permasalahan yang berkaitan dengan fisik, emosi, dan kelainan mental. Dalam hal ini konseling melihat klien nya sebagai seseorang yang tidak mempunyai kelainan secara patologis. Konseling merupakan pertemuan antara konselor dengan klien nya yang memungkinkan terjadinya dialog dan bukannya pemberian terapi/perawatan (treatment). Konseling juga mendorong terjadinya penyeselaian masalah oleh diri klien sendiri.
5. Pendekatan psikoterapi terhadap mental illness -Terapi klien-centered suatu reaksi yang dilandaskan pada pandangan subjektif atas pandangan manusia terapi ini menaruh kepercayaan dan meminta tanggung jawab besar pada klien dalam menangani berbagai masalah. -Psikoanalisis dan psikodinamika pendekatan ini focus pada mengubah prilaku perasaan dan fikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi dipikiran bawah sadar. -Integrative/holistic therapy pendekatan ini adalah sebuah psikoterapi gabungan yang bertujuan untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan. -Humanistic therapy pendekatan ini menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. -Behavior therapy pendekatan terapi prilaku berfokus pada hokum pembelajaraan. Bahwa prilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. -Cognitive therapy pendekatan ini punya konsep bahwa prilaku manusia itu dipengaruhi oleh fikirannya. Oleh karena itu terapi kognitif lebih berfokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah prilaku. -Terapi Gestalt sebagian besar merupakan terapi eksperimental yang menekan kan kesadaran dan intergrasi, yang muncul sebagai reaksi melawan terapi analitik, serta mengintegrasikan fungsi jiwa dan badan.
6. Bentuk utama terapi -Teknik terapi psikoanalisa teknik ini menekan kan fungsi pemecahan masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. -Teknik terapi prilaku teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi prilaku individu. Misalnya desensitisasi sistematik pengulangan prilaku yang pantas regulasi diri dan sebagainya. -Teknik terapi kognitif prilaku teknik modifikasi prilaku individu dan mengubah keyakinan maladaktis. -Teknik terapi humanistic teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadiaan yang membantu individu menyadari diri sesungguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi terapis yang minimal. -Teknik terapi elektik atau integratif yaitu memilih teknik terapi yang paling tepat untuk klien tertentu. Misalnya terapis mengkhususkan diri dalam masalah spesifik seperti misalnya difungsi seksual -Teknik terapi kelompok dan keluarga terapi kelompok adalah teknik yang memberikan kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan prilakunya dalam interaksi dengan orang lain yang memiliki masalah serupa. Sedangkan terapi keluarga adalah bentuk terapi khusus yang membantu pasangan suami istri atau hubungan orang tua dengan anak untuk mempelajari cara yang lebih efektif dalam berhubungan satu sama lain dan untuk menangani berbagai masalah.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Psikoterapi http://www.psikoterapis.com/?en_apa-itu-psikoterapi-26% Nurhayati, Eti. (2011). Bimbingan, konseling, & psikoterapi inovatif. Yogyakarta: pustaka belajar.
Kamis, 14 Juni 2012
Kesehatan Mental (tugas)
menurut saya dari semua film yang saya lihat yang paling mengharukan adalah cerita tentang seorang pengemis jalanan, dengan keadaan pengemis itu yang normal, punya 2 mata, 2 telinga, 2 kaki, 2 tangan, dan 1 mulut yang masih normal ia meminta belas kasihan para pengendara mobil, motor, bahkan angkutan umum dijalan untuk kehidupannya sehari-hari.... sampai pada suatu hari ia mengemis pada pengendara bajaj di sebuah jalan. pengemis itu meminta pada supir bajaj untuk menyisihkan sebagian uangnya namun supir tersebut dengan tegas tidak memberikan sedikitpun uang. lalu pengemis itu pergi dan meminta pada penumpang supir bajaj tadi, penumpang pun memberikan sedikit uangnya... setelah pengemis pergi, penumpang supir bajaj tersebut bertanya "apa kamu tidak bisa menyisihkan sedikit saja uang untuk pengemis seperti itu?" supir bajaj pun dengan santai menjawab "seharusnya dengan keadannya yang seperti itu ia bisa mencari pekerjaan lain bukan mengemis" penumpang itupun terdiam. pada akhirnya penumpang itu tau bahwa supir bajaj tersebut adalah seseoreang yang cacat, tapi ia masih berusaha sekuat tenaga untuk bekerja tanpa harus menjadi seseoreang yang hanya mengandalkan belas kasihan orang lain untuk hidupnya sendiri...
Pada film tersebut tersirat makna bahwa suatu kekurangan bukan suatu penghalang bagi kita untuk melakukan sesuatu. selagi kita yakin dan kita merasa bahwa kita mampu melakukannya maka kita pasti bisa melakukan apa yang kita mau asalkan kita berusaha dan pantang menyerah....
harapan saya, semoga cerita tersebut mampu mengubah pola pikir siapapun yang membaca atau mendengar, atau menontonnya... semoga kita mampu menjadi seseorang yang mau berusaha. tidak malas apalagi menjadikan kekurangan sebagai boomerang untuk kita. semoga dengan cerita ini kita bisa lebih bersyukur dan memanfaatkan apa yang sudah Tuhan berikan untuk kita. kita beruntung menjadi seseorang yang tidak kekurangan sedikitpun, maka kita harus memanfatkan itu semua dengan sebaik-baiknya :))
Rabu, 25 April 2012
SELF-DIRECTED CHANGES (Kesehatan Mental)
Self-directed
changes adalah sebuah teori yang mengajarkan tentang bagaimana kita bisa
mengubah diri kearah yang lebih baik dari kenyataan hidup yang kurang
mendukung.
Kalau kita tidak bisa mengantisipasi perubahan, maka kita perlu menjadikan perubahan itu sebagai dorngan untuk mengubah diri.
Kalau kita tidak bisa mengantisipasi perubahan, maka kita perlu menjadikan perubahan itu sebagai dorngan untuk mengubah diri.
Bagaimana caranya???
Mudah-mudah
saja kok! Menurut SDCT (Self-Directed
Change Theory) ada 3 cara, yaitu sebagai berikut:
Ø
Yang pertama, kita perlu memunculkan rasa tidak
puas terhadap kondisi aktual yan kita hadapi saat ini (actual)
Ø
Yang kedua, kita perlu memiliki gambaran yang
jelas tentang kondisi ideal ang kita inginkan (ideal)
Ø
Yang ketiga, kita perlu memiliki konsep yang
jelas tentang apa yang bisa kita lakukan untuk bergerak dari kondisi aktual
menuju kondisi ideal (Action Step)
Tiga langkah di atas harus berupa satu rangkaian yang tak
terpisah. Jika sampai terpisah, akibatnya malah akan jelek. Misalnya, kita
tidak puas dengan keadaan sekarang, tetapi rasa itu tidak kita gunakan untuk
memunculkan gambaran yang jelas tentang keadaan yang kita inginkan dan tidak
pula kita gunakan untuk mendorong mendorong aksi, apa kira-kira yang akan
terjadi? Yang paling berpotensi akan terjadi adalah akan muncul konflik-diri…
tapi sebaliknya, jika
kita sanggup mengelola ketidakpuasan itu menjadi dorongan untuk mendinamiskan batin,
pasti hasilnya jauh lebih baik!
Self Directed Change meliliki
beberapa tahapan, diantaranya:
a.
Meningkatkan Kontrol Diri.
Meningkatkan control diri yaitu, Kontrol
diri berkaitan dengan bagaimana cara seseorang mengendalikan emosi serta
dorongan-dorongan dalam dirinya (Harlock). Ketika seseorang ingin merubah
kebiasaannya terhadap perbedaan yang besar.
Contohnya: misalnya seorang perokok berat
yang ingin lepas dari kebiasaannya merokok.
b.
Menetapkan Tujuan
Menetapkan tujuan adalah mengubah hal yang
buruk menjadi lebih baik lagi. Kita harus menetapkan target unutk mempunyai
hidup yang lebih baik lagi.
Contoh: kita harus menahan keinginan kita
untuk merokok mungkin kita bisa mengganti rokok dengan permen-permen pengganti
rokok, dan sebagainya.
c.
Pencatatan Perilaku
Pencatatan perilaku maksudnya adalah kita
mencatat hal apa saja yang bisa di rubah dari kebiasaan kita.
Contoh: misalnya jika kita mempunyai
kebiasaan merokok, catat hal-hal apa saja yang mungkin mengganggu kita untuk
tidak merokok. Misalnya dengan menhindari teman yang sedang merokok. Mungkin akan
membantu kita untuk mempermudah godaan-godaan yang datang.
d.
Menyaring Anteseden Perilaku
Menyaring anteseden perilaku adalah
menuliskan kebiasaan-kebiasaan yang ingin kita perbaiki.
Contoh: selain merokok, misalnya kita
sering meminum minuman keras. Lalu kita tuliskan kebiasan tersebut untuk di
ubah menjadi lebih baik. Dari situ mungkin kita akan berpikir sebenarnya selama
ini baik atau burukkah kebiasaan tersebut untuk kesehatan kita!
e.
Menyusun Konsekuensi Yang Efektif
Jika kita sudah berhasil mengontrol kondisi
yang memicu kebiasaan kita, kita perlu meningkatkan meningkatkan pengendalian
diri, mengatur konsekuensi dari perilaku kita sehingga orang lain dapat
menerimanya.
f.
Menerapkan Pencana Intervenesi
Membandingkan seberapa berhasil kita
mencapai tujuan-tujuan yang kita kehendaki. Misalnya, menghitung berapa batang
atau bungkus rokok yang di hisap dari sebelum kita menerapkan tahapan-tahapan
ini sampai sudah menerapkan tahapan ini.
g.
Evaluasi
Evaluasi adalah, melihat berapa besar kemajuan
yang sudah kita lakukan untuk perubahan yang lebih baik. Pastikan setiap
tahapan terpenuhi. Jika memang ada tahapan yang belum bisa terpenuhi lebih baik
kita mengulang tahapan-tahapan tersebut agar tujuan dapat tercapai dengan baik.
Referensi:
Gibbons Murice (2002) The
Self-Directed Learning Handbook
Goleman, Daniel (2004) Primal
Leadership Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi. Jakarta: PT Gramedia
Goleman, Daniel (1996) Emotional Intelligence (
Kecerdasan Emosional ).
Jakarta: PT Gramedia
Selasa, 10 April 2012
MEMULAI KEBAJIKAN WALAUPUN KECIL
Ketika fajar menyingsing, seorang lelaki tua berjalan-jalan di pinggir pantai sambil menikmati angin laut yang segar menerpa bibir pantai. Di kejauhan dilihatnya seorang anak sedang memungut bintang laut dan melemparkannya kembali ke dalam air.
Setelah mendekati anak itu, lelaki tua itu bertanya heran, “Mengapa engkau mengumpulkan dan melemparkan kembali bintang laut itu ke dalam air?” “Karena bila dibiarkan hingga matahari pagi datang menyengat, bintang laut yang terdampar itu akan segera mati kekeringan, “Jawab si kecil itu.
“Tapi pantai ini luas dan bermil-mil panjangnya,” Kata lelaki tua itu sambil menunjukkan jarinya yang mulai keriput ke arah pantai pasir yang luas itu. “Lagi pula ada jutaan bintang laut yang terdampar. Aku ragu apakah usahamu itu sungguh mempunyai arti yang besar,” Lanjutnya penuh ragu.
Anak itu lama memandang bintang laut yang ada di tangannya tanpa berkata sepatahpun. Lalu dengan perlahan ia melemparkannya ke dalam laut agar selamat dan hidup.” kemudian dengan tersenyum pada lelaki tua itu, ia berkata “Aku membuat perubahan untuk satu hal. Satu Tindakan Sebuah kebaikan yang sederhana dapat membuat sebuah perubahan untuk keluargamu, temanmu, bahkan untuk wajah wajah asing yang kadang tidak kita kenal”. Saya yakin usahaku sungguh memiliki arti yang besar sekurang-kurangnya bagi yang satu ini.” Kata si kecil itu.
Pesan Moral : kadang kadang, kita selalu merasa tidak bisa berbuat apa apa seperti layaknya anak kecil itu, namun walaupun itu cuma tindakan kebaikan sederhana, tapi membuat begitu banyak perbedaan untuk Bintang laut itu sendiri
Ketika anda memberikan sedikit senyuman untuk orang lain, baik itu keluarga anda, teman anda ataupun orang asing yang anda temui, anda telah membuat perbedaan besar bagi mereka.
Tindakan kecil yang sederhana dapat membuat perbedaan besar kepada seseorang yang sedang membutuhkan. Menyelamatkan Bintang laut adalah sedikit aksi yang membuktikan kebenaran itu
Kita sering mendambakan untuk melakukan sesuatu yang besar, namun sering kali kita lupa bahwa yang besar itu sering dimulai dengan sesuatu yang kecil. Mulailah berbuat kebajikan pada hal-hal kecil, maka engkau akan diberkati dalam hal-hal besar.
Setelah mendekati anak itu, lelaki tua itu bertanya heran, “Mengapa engkau mengumpulkan dan melemparkan kembali bintang laut itu ke dalam air?” “Karena bila dibiarkan hingga matahari pagi datang menyengat, bintang laut yang terdampar itu akan segera mati kekeringan, “Jawab si kecil itu.
“Tapi pantai ini luas dan bermil-mil panjangnya,” Kata lelaki tua itu sambil menunjukkan jarinya yang mulai keriput ke arah pantai pasir yang luas itu. “Lagi pula ada jutaan bintang laut yang terdampar. Aku ragu apakah usahamu itu sungguh mempunyai arti yang besar,” Lanjutnya penuh ragu.
Anak itu lama memandang bintang laut yang ada di tangannya tanpa berkata sepatahpun. Lalu dengan perlahan ia melemparkannya ke dalam laut agar selamat dan hidup.” kemudian dengan tersenyum pada lelaki tua itu, ia berkata “Aku membuat perubahan untuk satu hal. Satu Tindakan Sebuah kebaikan yang sederhana dapat membuat sebuah perubahan untuk keluargamu, temanmu, bahkan untuk wajah wajah asing yang kadang tidak kita kenal”. Saya yakin usahaku sungguh memiliki arti yang besar sekurang-kurangnya bagi yang satu ini.” Kata si kecil itu.
Pesan Moral : kadang kadang, kita selalu merasa tidak bisa berbuat apa apa seperti layaknya anak kecil itu, namun walaupun itu cuma tindakan kebaikan sederhana, tapi membuat begitu banyak perbedaan untuk Bintang laut itu sendiri
Ketika anda memberikan sedikit senyuman untuk orang lain, baik itu keluarga anda, teman anda ataupun orang asing yang anda temui, anda telah membuat perbedaan besar bagi mereka.
Tindakan kecil yang sederhana dapat membuat perbedaan besar kepada seseorang yang sedang membutuhkan. Menyelamatkan Bintang laut adalah sedikit aksi yang membuktikan kebenaran itu
Kita sering mendambakan untuk melakukan sesuatu yang besar, namun sering kali kita lupa bahwa yang besar itu sering dimulai dengan sesuatu yang kecil. Mulailah berbuat kebajikan pada hal-hal kecil, maka engkau akan diberkati dalam hal-hal besar.
RORO JONGGRANG
Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama Prambanan. Rakyatnya hidup tenteran dan damai. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? Kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh negeri Pengging. Ketentraman Kerajaan Prambanan menjadi terusik. Para tentara tidak mampu menghadapi serangan pasukan Pengging. Akhirnya, kerajaan Prambanan dikuasai oleh Pengging, dan dipimpin oleh Bandung Bondowoso.
Bandung Bondowoso seorang yang suka memerintah dengan kejam.
“Siapapun yang tidak menuruti perintahku, akan dijatuhi hukuman berat!”,
ujar Bandung Bondowoso pada rakyatnya. Bandung Bondowoso adalah seorang
yang sakti dan mempunyai pasukan jin. Tidak berapa lama berkuasa,
Bandung Bondowoso suka mengamati gerak-gerik Roro Jonggrang, putri Raja Prambanan yang cantik jelita. “Cantik nian putri itu. Aku ingin dia menjadi permaisuriku,” pikir Bandung Bondowoso.
Esok harinya, Bondowoso mendekati Roro Jonggrang. “Kamu cantik sekali, maukah kau menjadi permaisuriku ?”, Tanya Bandung Bondowoso kepada Roro Jonggrang.
Roro Jonggrang tersentak, mendengar pertanyaan Bondowoso. “Laki-laki ini lancang sekali, belum kenal denganku langsung menginginkanku menjadi permaisurinya”, ujar Roro Jongrang dalam hati. “Apa yang harus aku lakukan ?”. Roro Jonggrang menjadi kebingungan. Pikirannya berputar-putar.
Esok harinya, Bondowoso mendekati Roro Jonggrang. “Kamu cantik sekali, maukah kau menjadi permaisuriku ?”, Tanya Bandung Bondowoso kepada Roro Jonggrang.
Roro Jonggrang tersentak, mendengar pertanyaan Bondowoso. “Laki-laki ini lancang sekali, belum kenal denganku langsung menginginkanku menjadi permaisurinya”, ujar Roro Jongrang dalam hati. “Apa yang harus aku lakukan ?”. Roro Jonggrang menjadi kebingungan. Pikirannya berputar-putar.
Jika ia menolak, maka Bandung Bondowoso akan marah besar dan
membahayakan keluarganya serta rakyat Prambanan. Untuk mengiyakannya pun
tidak mungkin, karena Roro Jonggrang memang tidak suka dengan Bandung
Bondowoso. “Bagaimana, Roro Jonggrang ?” desak Bondowoso. Akhirnya Roro
Jonggrang mendapatkan ide. “Saya bersedia menjadi istri Tuan, tetapi ada
syaratnya,” Katanya. “Apa syaratnya? Ingin harta yang berlimpah? Atau
Istana yang megah?”. “Bukan itu, tuanku, kata Roro Jonggrang. Saya minta
dibuatkan candi, jumlahnya harus seribu buah. “Seribu buah?” teriak
Bondowoso. “Ya, dan candi itu harus selesai dalam waktu semalam.”
Bandung Bondowoso menatap Roro Jonggrang, bibirnya bergetar menahan
amarah.
Para jin segera bergerak ke sana kemari, melaksanakan tugas masing-masing. Dalam waktu singkat bangunan candi sudah tersusun hampir mencapai seribu buah. Sementara itu, diam-diam Roro Jonggrang mengamati dari kejauhan. Ia cemas, mengetahui Bondowoso dibantu oleh pasukan jin. “Wah, bagaimana ini?”, ujar Roro Jonggrang dalam hati. Ia mencari akal. Para dayang kerajaan disuruhnya berkumpul dan ditugaskan mengumpulkan jerami. “Cepat bakar semua jerami itu!” perintah Roro Jonggrang. Sebagian dayang lainnya disuruhnya menumbuk lesung. Dung…dung…dung! Semburat warna merah memancar ke langit dengan diiringi suara hiruk pikuk, sehingga mirip seperti fajar yang menyingsing.
Pasukan jin mengira fajar sudah menyingsing. “Wah, matahari akan terbit!” seru jin. “Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari,” sambung jin yang lain. Para jin tersebut berhamburan pergi meninggalkan tempat itu. Bandung Bondowoso sempat heran melihat kepanikan pasukan jin. Paginya, Bandung Bondowoso mengajak Roro Jonggrang ke tempat candi. “Candi yang kau minta sudah berdiri!”. Roro Jonggrang segera menghitung jumlah candi itu. Ternyata jumlahnya hanya 999 buah!. “Jumlahnya kurang satu!” seru Roro Jonggrang. “Berarti tuan telah gagal memenuhi syarat yang saya ajukan”. Bandung Bondowoso terkejut mengetahui kekurangan itu.
Ia menjadi sangat murka. “Tidak mungkin…”, kata Bondowoso sambil menatap tajam pada Roro Jonggrang. “Kalau begitu kau saja yang melengkapinya!” katanya sambil mengarahkan jarinya pada Roro Jonggrang. Ajaib! Roro Jonggrang langsung berubah menjadi patung batu. Sampai saat ini candi-candi tersebut masih ada dan terletak di wilayah Prambanan, Jawa Tengah dan disebut Candi Roro Jonggrang.
Sumber:
buku cerita rakyat "roro jongrang"
Rabu, 21 Maret 2012
Teori kepribadian FREUD & ERIKSON
Bagaimana pribadi
seseorang dapat berkembang??
Ø Menurut teori FREUD
Teori ini dikembangkan oleh Sigmund
Freud, dia dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1856 di kota Morivia dan meninggal
dunia pada tanggal 23 September 1939, di
London. Freud seorang pemuda yang mau bekerja keras, senang membaca dan
belajar, serta menunjukan kemampuan intelektual yang cukup brilliant. Pada
tahun 1873, Freud masuk fakultas kedokteran Universitas Wina, dan pada tahun
1881 dia lulus sebagai dokter dengan yudisium “excellent”. Freud adalah seorang
ahli neurologi , ia mulai praktek medis di Wina sampai akhir abad 19. Seperti
halnya para ahli neurologi lain, pada masa itudia sering membantu orang-orang
yang menghadapi masalah-masalah nervous seperti
rasa cemas, rasa takut yang irrasional, dan obsesi. Pengalamannya menangani
para pasien banyak memberikan inspirasi kepada Freud untuk menyusun Teori
Kepribadiannya.
Freud dipandang sebagai teoretisi psikologi pertama yang memfokuskan
perhatiannya kepada perkembangan kepribadian. Dia berpendapat bahwa masa anak
(usia 0-5 tahun ) atau usia pregenital mempunyai peranan yang sangat dominan
dalam membentuk kepribadian atau karakter seseorang. Karena sangat
menentukannya masa ini, dia berpendapat bahwa “The child is the father of man” (“Anak adalah ayah manusia”). Berdasarkan hal ini, maka hampir semua
masalah kejiwaan pada usia selanjutnya (khususnya usia dewasa),factor
penyebabnya dapat ditelusuri pada usia pregenital ini. Makna perkembangan
kepribadian menurut Freud adalah “belajar tentang cara-cara baru untuk
mereduksi ketegangan (tenson reduction)
dan memperoleh kepuasan”. Ketegangan tersebut terjadi bersumber kepada empat
aspek, yaitu sebagai berikut:
a)
Pertumbuhan
fisik. Seperti peristiwa menstruasi dan mimpi pertama dapat menimbulkan perubahan
aspek psikologis dan juga ada tuntutan baru dari lingkungan, Contohnya seperti
dalam berpakaian dan bertingkah laku.
b)
Frustasi.
Orang yang tidak pernah frustasi tidak akan pernah berkembang. Jika anak
dimanja (over protection) tidak akan
berkembang rasa tanggung jawab dan kemandiriannya.
c)
Konflik.
Ini terjadi antara id, ego, dan superego. Apabila individu dapat mengatasi
setiap konflik yang terjadi diantara ketiga komponen kepribadian tersebut maka
dia akan mengalami perkembangan yang sehat.
d)
Ancaman.
Lingkungan, di samping dapat memberikan kepuasan kepada kebutuhan atau dorongan
instink individu, juga merupakan sumber ancaman baginya yang dapat menimbulkan
ketegangan. Apabila individu dapat mengatasi ancaman yang dihadapinya maka dia
akan mengalami perkembangan yang di harapkan.
Teori perkembangan Freud didasarkan pada pengalamannya
dalam menganalisis masalah yang dihadapi para pasiennya. Dalam mengeksplorasi
proses kehidupan mental para pasien, ternyata sering mengarah kepada pengalaman
masa kecilnya.
Perkembangan
kepribadian berlangsung melalui tahapan-tahapan perkembangan psikoseksualnya
yaitu tahapan periode perkembangan seksual yang sangat mempengaruhi kepribadian
masa dewasa. Freud berpendapat bahwa perkembangan kepribadian manusia sebagian
besar ditentukan oleh perkembangan seksualitasnya. Keeratan antara seks dengan
kepribadian ini dikemukakan juga oleh Masters
dan Johnson : “seksualitas adalah
dimensi dan pernyataan dari kepribadian”.
Menurut
model perkembangan Freud diantara kelahiran dan usia 5tahun (usia balita), anak
mengalami tiga tahap perkembangan yaitu:
oral, anal, dan phalik. Ketiga
tahap ini disebut juga masa pregenital.
Setelah usia 5tahun--- tahap setelah masa ini anak mengalami masa kematangan
seksualnya yaitu pada tahap genital.
a. Tahap Oral (Oris=Mulut)
Tahap oral adalah periode bayi yang
masih menetek yang seluruh hidupnya masih bergantung kepada orang lain. Pada masa ini libido didistribusikan ke
daerah oral hingga sehingga perbuatan menghisap dan menelan menjadi metode utama
untuk mereduksi ketegangan dan mencapai kepuasan (kenikmatan). Karena mulut menjadi sumber kepuasan erotis,
maka anak akan menikmati peristiwa menetek pada ibunya dan memasukan segala
jenis benda ke dalam mulutnya termasuki jempolnya sendiri. Ketidakpuasan pada
masa oral akan menimbulkan peristiwa regresi
(kemunduran) yaitu berbuat seperti bayi atau anak yang sangat bergantung pada
orang tuanya atau banyak tuntutan yang harus dipenuhi dan juga gejala iri hati (cemburu). Reaksi kedua gejala
tersebut dapat dinyatakan dalam tingkah laku misalnya jika anak tidak mendapat
kepuasan pada masa oral nantinya anak akan mencari kepuasan pada masa dewasa
seperti menghisap jempol, merokok. Dan dia akan menampilkan pribadi yang kurang
mandiri (kurang bertanggung jawab), bersikap rakus, dan haus perhatian atau
cinta orang lain.
b. Tahap Anal (Anus =
Dubur)
tahap ini berada pada usia kira-kira 2
sampai 3 tahun. Pada tahap ini libido di distribusikan ke daerah anus. Anak
akan mengalami ketegangan ketika duburnya penuh dengan ampas makanan, dan
peristiwa buang air besar yang dialami oleh anak merupakan proses pelepasan
ketegangan dan pencapaian kepuasan, rasa
senang, atau rasa nikmat. Peristiwa ini disebut erotik anal. setelah melewati masa penyapihan, pada masa ini9 anak
akan dituntut untuk mulai menyesuaikan diri dengan tuntutan orang tua
(lingkungan), eperti hidup bersih, tidak mengompol, tidak buang air
sembarangan.orang tua mengenalkan tuntutan tersebut melalui latihan kebersihan (toilet training),
yaitu usaha sosialisasinilai-nilai sosial pertama yang sistematis sebagai upaya
anak untuk mengontrol dorongan-dorongan biologis anak. Biasanya ada macam-macam
cara orang tua memberikan pelatihan tersebut
yaitu dengan sikap keras, selalu memuji dan sikap pengertian. Ketiga
cara tersebut akan memberikan dampak untuk perkembangan anak.
·
Sikap keras. Dampak ---> bersikap
berlebih-lebihan dalam ketertiban dan kebersihan, bersikap kikir,
stereotif-kurang kreatif, bersikap kejam/keras/memusuhi, penakut, bersikap kaku
·
Selalu memuji. Dampak ---> selalu ingin dipuji,
kurang mandiri (manja)
·
Sikap pengertian. Dampak---> mampu beradaptasi atau
menyesuaikan diri, egonya berkembang dengan wajar.
c. Tahap Phalik (Phallus
= Dzakar)
tahap ini berlangsung kira-kira usia 4
sampai 5 tahun. Pada usia ini anak mulai memperhatikan atau senang memainkan
alat kelaminnya sendiri. Dengan kata lain anak sudah mulai
bermastrubasi—mengusap-usap atau memijit-mijit organ seksualnya sendiri yang
menghasilkan kepuasan atau rasa senang.
Agar perkembangan anak pada tahap ini
dapat berjalan dengan baik, tidak mengalami hambatan atau kemandengan,
maka seyyogianya orang tua memperhatikan
hal-hal berikut.
1)
Orang
tua memelihara keharmonisan keluarga.
2)
Ibu
memerankan dirinya sebagai orang feminim, bersikap ramah, gembira, dan
memberikan kasih sayang.
3)
Ayah
mampu memerankan dirinya sebagai figur yang menerapkan prinsip raelitaas dalam
menghadapi segala masalah hidup,
tanpa melarikan diri dari masalah atau
berlebihan.
4)
Ayah
dan ibu memiliki komitmen yang tinggi dalam mengamalkan nilai-nilai agama yang
dianutnya.
5)
Ayah
bersikap demokratif, penuh perhatian, akrab dengan anak dan tidak munafik.
d. Tahap Latensi
Tahap latensi berkisar antara
usia 6 s/d 12 tahun (masa sekolah dasar). Tahap ini merupakan masa tenang
seksual, karena segala sesuatu yang terkait dengan sex di hambat atau di
repres. Dengan kata lain masalah ini adalah periode tertahannya
dorongan-dorongan sex dan agresif. Selama masa ini, anak mengembangkan
kemampuannya bersublimasi (seperti
mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain olahraga dan kegiatan lainnya), dan
mulai menaruh perhatian untuk berteman. Mereka belum mempunyai perhatian khusus
kepada lawan jenis (bersikap netral) sehingga dalam bermain pun anak laki-laki
berkelompok dengan laki-laki begitu pun sebaliknya.
e. Tahap Genital
Tahap ini dimulai sekitar usia 12 atau
13 tahun. Pada masa ini anak sudah masuk usia remaja. Masa ini ditandai dengan
matangnya organ reproduksi anak. Pada periode ini, insting seksual dan agresif
menjadi aktif. Anak mulai mengembangkan motif untuk mencintai orang lain, atau
mulai berkembangnya motif altruis (keinginan
untuk memperhatikan kepentingan orang lain). Motif-motif ini mendorong anak
remaja untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dan persiapan untuk
memasuki dunia kerja, pernikahan, dan perhatian, dari mencari kepuasan atau
kenikmatan sendiri yang bersifat kekanak-kanakan atau selfish kepada kehidupan sosial orang dewasa dan berorientasi
kepada kenyataan atau sikap altruis. Tahapan perkembangan psikoseksual akan
memberikan dampak yang beragam bagi perkembangan karakter atau kepribadian
individu pada masa dewasanya. Apabila individu dapat melalui semua tahapan
tersebut secara mulus, maka ia cenderung akan memiliki kepribadian yang sehat.
Tapi jika sebaliknya cenderung akan mengalami gejala tingkah laku malah suai
(maladjustment) atau neurotik (gangguan jiwa). Menurut freud indikator dari
karakter atau pribadi yang sehat adalah kemampuan untuk memperoleh kenikmatan
atau kesenangan dalam bercinta (hubungan sosial) dan berkerja.
Ø Menurut teori ERIK ERIKSON
Erik
Erikson lahir di kota Frankfrut, Jerman, tanggal 15 Juni, 1902. Perkembangan
indetitaas/diri tampaknya menjadi salah satu perhatian terbesarnya dalam
kehidupan Erikson sendiri sama seperti dalam teorinya. Erik bersekolah di
sekolah Biora. Setelah lulus SMA Erik ingin menjadi seorang seniman. Saat dia
sedang tidak mengambil kelas seni, dia berkeliling Eropa untuk mengunjungi
museum dan tidur di bawah jembatan. Dia hidup menjadi seorang pemberontak, itu
sebelum dia menjadi seorang yang ‘the
thing to do’. Dia menghabiskan 10 tahun dengan bekerja dan mengajar di
klinik di Massachussets, dan 10 tahun kemudian kembali lagi ke Harvard. Sejak
pension tahun 1970 dia menulis dan melakukan riset dengan istrinya. Erik
Erikson meninggal pada tahun 1994.
Erikson
terkenal dalam memperluas teori tahap-tahap perkembangan kepribadian dari
freud. Erikson mengatakan bahwa perkembangan itu mempunyai prinsip epigenetip.
Prinsip ini menjelaskan bahwa kehidupan organisme yang baru itu berkembang dari
sumber yang memiliki identitas yang tidak berbeda dengan organisme yang baru
dan bagimanapun perkembangannya itu bertahap. Perkembangan individu meliputi
perkembangan psikoseksual dan psikososial. Ada 8 tahapan perkembangan menurut
Erikson. Kemajuan atau ketentuan dalam suatu tahap akan berpengaruh pada sukses
atau tidaknya seseorang dalam tahap berikutnya seperti contoh kecil
perkembangan sekuntum bunga mawar dalam waktu yang pasti dan secara alami. Jika
kita mengganggu perkembangan alaminya maka daun bunganya akan merusak seluruh
bagian bunga.
a. Tahap pertama
Tahap pertama , tingkat infancy/oral-sensory adalah
kira-kira tahun pertama. Tugas ini untuk mengembangkan rasa percaya tanpa sama
sekali menghapus kapasitas untuk curiga. Jika ayah dan ibu bisa memberikan
kualitas keakraban secara konsisten dan continue pada anak, kemudian anak akan mengembangkan
perasaan bahwa dunia, khususnya dunia sosial adalah tempat yang aman, orang
bisa di percaya dan dicintai. Anak belajar untuk percaya pada tubuhnya dan cara
memenuhi keinginan biologisnya. Kondisi kualitas atau keakraban dan kehangatan
yang diciptakan orang tua, tidak mengartikan orang tua harus sempurna. Pada
kenyataannya banyak orang tua yang terlalu melindungi anaknya akan diakhiri
dengan tangisan yang akan menjadikan anak pada tendensi maladitif. Erikson
menyebutnya dengan sensory maladjustment mereka akan bimbang dan berkembang jadi “malignant tendency of with drawal”
dengan karakteristik depresi, paranoid, dan mungkin psikosis. Ayah dan ibu
tidak perlu menjadi sempurna dengan tergesah-gesah tapi harus sempurna secara
pasti atau konsisten.
b. Tahap kedua
Tahap kedua adalah tahap anal muscular pada masa anak
awal antara 8 bulan sampai 3-4 tahun. tugasnya untuk berprestasi, otonom
kebalikan dari malu dan ragu. Jika ayah dan ibu mengizinkan anak belajar
berjalan, bereksplorasi, dan memanipulasi lingkungan maka anak berkembang jadi otonom
dan mandiri. Pada masa ini, anak dapat belajar
tentang control diri dan harga diri. Dengan kata lain, belajar
mengontrol diri dan mengharga diri akan mempermudah si anak untuk mengatasi
rasa malu dan ragu. Jika orangtua berusaha keras mengeksplorasi dan menjadikan
anak mandiri, anak akan berasumsi tidak akan bisa melakukan apa yang ingin
dilakukannya. Jika kita menyimpan kesan menertawakan saat anak berusaha untuk
belajar berjalan maka si anak akan merasa sangat malu dan ragu pada kemampuannya. Cara lain yang akan membuat si
anak jadi pemalu dan ragu adalah jika kita memberikan kebebasan dan tidak
dibatasi maka ini mempengaruh tidak baik. Sedikit malu dan ragu adalah hal yang
tidak dapat dielakkan tapi bermanfaat. Tanpa itu anak akan berkembang pada tindensi
maladiktif, erikson menyebutnya dengan impulsiveness
yang akan membuat anak melakukan sesuatu tanpa pertimbangan. Orang yang
kompulsif akan merasa semua gampang dilakukan dan akan sempurna. Sehingga
banyak orang yang pemalu dan merasa ragu pada dirinya. Sedikit kesabaran dan
toleransi dalam membantu anak akan membantu berkembangan anak. Individu akan
tumbuh dengan kekuatan saat dia bisa menyeimbangkan kebebasannya denga rasa
malu dan ragu.
c. Tahap Ketiga
Tahap ketiga adalah tahap umur bermain atau genital locomotor dari umur 3 atau 4
sampai 5 atau 6 tahun. anak belajar intuk berinisiatif tanap terlalu banyak
merasa bersalah. Inisiatif maksudnya respon positif pada tantangan dunia,
tanggung jawab, belajar keahlian baru dan merasa bermanfaat. Pada tahap ini
waktunya bermain bukan belajar formal. Erikson memasukan penelitian oedipal
dalam tahap perkembangan. Dalam pandangannya, krisis oedipal meliputi rasa
segan anak dalam melepaskan atau menutup perlawanan jenis kelamin orang tuanya.
Orang tua harus bertanggung jawab, mensosialisasikan dan mengharapkan si anak
tumbuh. Tapi jika proses ini terlalu kasar dan tiba-tiba maka anak merasa
bersalah tentang perasaannya.
d. Tahap Keempat
Tahap keempat adalah tahap latency atau anak-anak usia
sekolah dari usia 6-12 tahun. tugasnya adalah mengembangkan suatu kapasitas
untuk industry atau menghasilkan dan saat menghindari sebuah perasaan rendah
diri yang berlebihan. Para orang tua harus memberikan keberanian, guru harus
peduli, teman sebaya harus menerima. Anak-anak harus belajar behawa kesenangan
itu tidak hanya didapat dalam menyusun sebuah rencana, tapi dalam pelaksanaan
juga. Mereka harus belajar merasakan kesuksesan, apakah itu disekolah ataupun
ditempat bermain, akademis (sosial). Jika anak hanya mendapatkan sedikit
kesuksesan, dikarenakan kekasaran guru-gure atau penolakan dari teman-teman
sebaya maka dia malah akan mengembangkan suatu perasaan rendah diri atau tidak
berkompeten. Erikson menyebutkan sumber tambahan dari rasa rendah diri tersebut
yaitu rasisme, seksisme, dan bentuk-bentuk lain dari diskriminasi. Jika seorang
anak mempercayai bahwa kesuksesan itu berkaitan dengan “siapa kamu?” daripada
“seberapa keras kau berusaha”, maka anak akan bertanya “kenapa harus berusaha”.
e. Tahap Kelima
Tahap kelima adalah masa remaja, dimulai dengan pubertas
dan berakhir sekitar usia 18 atau 20 tahun. tugas selamamasa remaja adalah
untuk mencapai identitas diri dan menghindari kebingungan. Masa remaja adalah
masa yang dimintai erikson untuk diamati, dan pola-ppola yang dia lihat disini
merupakan dasar pemikiran yang dia gunakan untuk tahap-tahap yang lain.
Identitas diri berarti mengetahui siapa diri individu dan bagaimana diri
individu masuk kedalam masyarakat. Unutk itu individu membutuhkan semua yang telah
individu pelajari tentang dirinya sendiri serta kehidupan yang membentuk
gambaran dirinya. Ketika seorang remaja menghadapi kebingungan, erikson
mengatakan bahwa orang tersebut menderita krisis identitas. Bial remaja
berhasil menyelesaikan tahap ini, remaja akan menemukan tujuan yang oleh
erikson tersebut kesetiaan. Kesetiaan berarti kepatuhan, kemampuan untuk hidup
dengan dasar komunitas meskipun didalamnya tidak didapati adanya kesempurnaan
dan ketidaksinambungan. Kesetiaan disini bisa pula berarti remaja telah
menemukan tempat dalam sebuah komunitas diman aremaja akan dapat kesempatan
untuk berkontribusi.
f.
Tahap Keenam
Bila individu telah sampai pada tahap keenam, individu
tengah berada pada tahap dewasa muda yang mempunyai jangkauan umur antara 18-30
tahun. pada tahap umur ini, individu merasa lebih membingungkan daripada tahap
umur anak-anak, dan orang-orang mungkin akan membedakan secara dramatis. Tugas
utama dalam tahap ini adalah untuk mencapai derajat keintiman sebagai lawan
dari isolasi atau keterasingan. Intimasi adalah kemampuan untuk menjadi dekat
dengan yang lain, sebagai kekasih, teman dan peserta dalam komunitas. Penyakit
yang berbahaya pada masa ini, erikson menyebutnya keterasingan yaitu
kecenderungan untuk mengisolasi diri dari semua, dari cinta, dari pertemanan,
dan dari kominitas serta mengembangkan rasa benci yang pasti pada komunitas.
g. Tahap Ketujuh
Tahap ketujuh adalah masa dewasa madya. Pada masa ini
sulit menentukan rentang waktunya, tetapi masa ini termasuk masa pada saat
individu membesarkan anak. Bagi sebagian besar orang, ini terjadi antara usia
20 tahun sampai dengan 50 tahun akhir. Tugas utama pada tahap ini adalah
mengelola keseimbangan antara kegairahan hidup dengan stagnasi (kejenuhan).
Kegairahan hidup (genarativity) adalah perluasan cinta kearah masa depan, yaitu
memberikan perhatian pada generasi selanjutnya dan pada seluruh generasi masa
depan. Seperti berkurangnya tingkat keegoisan dibandingkan dengan tahap
sebelumnya: intimacy, cinta antara teman menjadi sebanding dan tentu saja harus
terjadi secara timbale balik. Stagnasi atau kejenuhan, disisi lain, adalah
tidak memperdulikan orang lain, menyerap segala untuk diri sendiri. Orang yang
mengalami kejenuhan tidak lagi produktif sebagai anggota masyarakat. Mungkin
sulit dibayangkan bahwa kita akana mengalami kejenuhan (stagnasi) dalam hidup
kita. Jika individu berhasil pada tahap ini maka individu akan memiliki
kemampuan untuk perduli pada orang yang akan membantu melewati sisa hidupnya.
h. Tahap Kedelapan
Pada tahap ini, individu mengalami kesulitan. Masa dewasa
akhir atau usia tua ini dimulai setelah anak-anak pergi meninggalkan rumah.
Dalam teori erikson, individu yang mencapai tahap ini adalah hal yang baik dan
apabila tidak mencapainya diperkirakan perkembangan individu itu akan terhambat
oleh masalah yang baru. Tugas tahap ini adalah mengembangkan integritas ego
dengan jumlah keputus asaan yang seminimal mungkin. Tahapa ini, khususnya dari
perspektif kaum muda, terlihat seperti tahap yang paling sulit dari semua tahap
yang ada. Beberapa orang berhenti dari pekerjaan yang sudah bertahun-tahun
ditekuni, kemudian muncul perasaan ketidak bergunaan secara biologis seperti
tubuh tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya, wanita mengalami menopause;
pria biasanya menyadari mereka tidak dapat lagi mengembangkan karir dalam
pekerjaan.
Pribadi Sehat itu apa?
Memiliki kepribadian yang
sehat itu lebih cenderung kepada keshatan secara mental. Karena banyak orang
yang cacat fisik tetapi berkepribadian sangat sehat. Berkepribadian yang sehat
itu berperilaku yang baik dalam artian normal bukan abnormal. Karena proses
psikis manusia sangat mempengaruhi perilaku seseorang yang menentukan sehat
atau tidaknya kepribadian seseorang tersebut. Tetapi dibawah ini para ahli atau
tokoh menuangkan pikiran secara teori mengenai model kepribadian yang sehat itu
seperti apa, agar kita lebih jelas baca ulasan berikut ini.
Ahli-ahli psikologi pertumbuhan telah
memiliki suatu pandangan yang segar terhadap kodrat manusia. Hal yang dapat
kita capai pada tingkat pengetahuan kita ini adalah meneliti konsepsi-konsepsi
tentang kesehatan psikologis dikaitkan dengan konsepsi-konsepsi diri kita.
Sehingga kita dapat membicarakan teori mengenai model kepribadian sehat yang
telah dikemukakan oleh para ahli. Konsep kepribadian yang sehat adalah konsep
penggambaran topik yang mencakup kepribadian manusia itu sendiri.
·
Menurut
Allport
Kepribadian yang sehat itu adalah seorang manusia yang
sudah matang. Konsep diri (sekf) merupakan bagian yang penting dalam
membicarakan kepribadian yang sehat. Baik jasmani maupun rohani. Pribadi yang
sehat mempunyai kesadaran akan jasmani dan rohani, identitas diri (sebuah nama
yang menjadi lambang kehidupan seseorang), harga diri (perasaan bangga
seseorang), perluasan diri (menyadari adanya orang lain dan benda-benda dalam
lingkungannya), gambaran diri (rangkaian gambaran dari interaksi-interaksi diri
terhadap orang lain), diri sebagai pelaku rasional.
Seseorang yang berkepribadian sehat sangat dipengaruhi
oleh orang tua khususnya ibu, karena jika dari kecil seorang anak sudah disuruh
mengerti tentang adanya konflik-konflik yang orang dewasa ciptakan maka dalam
membentuk kosep pribadi yang normal atau sehat diperlukan pembentukan yang
sehat dari kecil hingga dewasa.
·
Menurt
Rogers
Pribadi yang sehat itu apabila seseorang sudah berfungsi
sepenuhnya. Maksudnya adalah seseorang harus bersandar pada pengalamannya
sendiri tentang dunia karena hanya itulah kenyataan yang dapat diketahui oleh
seorang individu itu sendiri. Karena kepribadian yang sehat itu bukan merupakan
suatu keadaan dari ada melainkan proses, suatu arah bukan tujuan. Seseorang yan
berfungsi sepenuhnya adalah orang yang terbuka pada pengalaman, kehidupan
eksistensial (dirakan keberadaanya), kepercayaan terhadap organisme orang
(perasaan organismik, jalan masuknya informasi yang ada dalam situasi membuat
keputusan), perasaan bebas, dan berkreasi.
·
Menurut
Fromm
Pribadi yang sehat bisa menunjukan suatu sikap umum atau
segi pandangan yang meliputi semua segi kehidupan, baik dari respon-respon
intelektual, emosional, dan sensoris terhadap orang-orang, benda-benda, dan
peristiwa-peristiwa didunia dan juga terhadap diri kita sendiri.
·
Menurut
Maslow
Pribadi yang sehat bisa mengamati realitas secara efisien
(mengamati objek-objek dan orang didunia sekitar secara objektif bukan
subjektif), penerimaan umum atas kodrat, orang lain dan diri sendiri,
spontanitas, kesederhanaan dan kewajaran, fokus terhadap masalah-masalah diluar
diri mereka, kebutuhan akan privasi dan independensi, berfungsi secara otonom
(berfungsi terhadap lingkungan sosial dan fisik), apsresiasi,
pengalaman-pengalaman mistik atau puncak (pengaktualisasian diri terhadap
ekstase, bahagia, terpesona dll.), minat sosial, hubungan antar pribadi, struktur
watak demokratis, perbedaan antara sarana baik dan buruk, selera humor,
kreativitas dan resistensi terhadap inkulturasi.
·
Menurut
Fankl
Pribadi yang sehat yang mempunyai eksistensi. Frankl
percaya hakikat eksistensi terdiri dari spiritualitas, kebebasan dan tanggung
jawab. Meskipus spiritualitas dipengaruhi dunia material, namun ia tidak
disebabkan atau dihasilkan oleh dunia material itu. Mungkin bisa diartikan
sebagai roj dan jiwa.
Jadi menurut saya pribadi yang sehat menurut
persepsi saya adalah apabila seseorang dibentuk dari kecil sudah baik dan sehat
maka setelah besar nanti ia akan menjadi pribadi yang sehat. Tetapi karena
dalam pembentukan seseorang mempunyai kepribadian yang sehat dipengaruhi faktor
eksternal bukan hanya internal saja. Maka, faktor lingkungan juga sangat
berpengaruh. Bila digabungkan dari 5 tokoh yang saya ulas, maka bila ciri
kepribadian sehat dari masing-masing tokoh digabung. Itu bisa menjawab
pertanyaan mengenai kepribadian sehat itu apa. Punya pendapat lain tentang pribadi
yang sehat, komen aja langsung. Ditunggu saran dan kritiknya ya..
Daftar Pustaka
1. Duane Schultz. 1991. Psikologi
Pertumbuhan (Model-Model Kepribadian Sehat). Yogyakarta : Kanisius.
2. Kholil Rochman Lur. 2010. Kesehatan
Mental. Purwokerto : Fajar Media Press.
KONSEP SEHAT DIMENSINYA
Sehat
merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi
juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi,
sosial dan spiritual.
Kesehatan
fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak
adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ
tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.Kesehatan mental (jiwa)
mencakup 3 komponen, yakni pikiran,emosional, dan spiritual.
1. Pikiran sehat tercermin dari cara
berpikir atau jalan pikiran.
2. Emosional sehat tercermin dari
kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut,
gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
3. Spiritual sehat tercermin dari
cara seseorang dalam mengekspresikan rasasyukur, pujian, kepercayaan dan
sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fanaini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa
(Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari
praktik keagamaan seseorang.
4. Kesehatan sosial terwujud apabila
seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik,
tanpa membedakan ras, suku,agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi,
politik, dan sebagainya, sertasaling toleran dan menghargai.
5. Kesehatan dari aspek ekonomi
terlihat bila seseorang (dewasa) produktif,dalam arti mempunyai kegiatan yang
menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau
keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau
mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini
tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagikelompok tersebut, yang berlaku adalah
produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan
mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan
sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
1. KESEHATAN
MENTAL
Istilah Kesehatan mental sering menimbulkan asosiasi
kurang menyenangkan. Seolah-olah istilah itu hanya khusus untuk hal-hal yang
berkaitan dengan psikopatologiseperti skizofrenia, depresi, manic, gangguan
kepribadian seperti borderline,
agresif pasif, antisocial. Padahal kalau mau imbang dalam melihatnya sebetulnya
kesehatan mental juga akan berkaitan dengan kesehatan mental, bukan penyakit
atau gangguan saja. Kemudian ada istilah kesehatan mental positif. Ide tentang
kesehatan mental positif ditulis oleh Marie
Jahoda di tahun 1958. Artinya, kita tidak melihat kesehatan mental dari
sudut pandang penyakit mental atau gangguan mental, tapi mulai melihat
kesehatan mental dari sudut pandang positif. Artinya orang yang sehat mentalnya
punya penyesuaian dan kelenturan dalam menghadapi hidup. Kesehatan mental bukan
berarti tidak mengalami penyakit dan gangguan mental, melainkan manusia mampu
kembali kekehidupan sebelum dia mengalami tekanan berat dalam hidupnya.
2. SEJARAH
KESEHATAN MENTAL
Setelah Perang Dunia II, perhatian
masyarakat tentang kesehatan mental semakin bertambah. Kesehatan mental bukan
suatu hal yang baru lagi bagi semua
masyarakat. Pepatah Yunani tentang mens sana in confore sano merupakan
satu indikasi bahwa masyarakat di zaman sebelum masehi pun sudah memperhatikan
betapa pentingnya aspek kesehatan mental. Yang tercatat dalam sejarah ilmu kita
dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban
manusia dan sekaligus telah ada cara-cara untuk mengatasinya. Untuk lebih lanjutnya, berikut akan dijelaskan
secara singkat tentang sejarah perkembangan kesehatan mental.
3. PERKEMBANGAN KESEHATAN SEJARAH MENTAL
Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa
penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa.
Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara
di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat
dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan
perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah
satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang
yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal
dengan masa pra-ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan,
tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan. Masa selanjutnya adalah masa ilmiah,
dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai
kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan alam di Eropa. Dorothea
Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal
dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit
mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan
memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan
sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh
besar pada abad ke-19. Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada
ranah kesehatan mental adalah Clifford
Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama
dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam
dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam
asylum-asylum tersebut. Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan
jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari
perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi perlakuan-perlakuan kejam yang
tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah sakit jiwa tersebut. Setelah
dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa sembuh. Pengalaman pribadinya
itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak
peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu
program nasional, yang berisikan:
1. Perbaikan
dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye
memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan
lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan
mental.
3. Memperbanyak
riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan
mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar
usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan
gangguan-gangguan emosi.
William James dan Adolf Meyer, para psikolog
besar, sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf
Meyer-lah yang menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu
gerakan kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah
organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun
1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri
duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.
Konsep Sehat dan Sejarah Singkat Kesehatan Mental
KONSEP SEHAT DIMENSINYA
Sehat
merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi
juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi,
sosial dan spiritual.
Kesehatan
fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak
adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ
tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.Kesehatan mental (jiwa)
mencakup 3 komponen, yakni pikiran,emosional, dan spiritual.
1. Pikiran sehat tercermin dari cara
berpikir atau jalan pikiran.
2. Emosional sehat tercermin dari
kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut,
gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
3. Spiritual sehat tercermin dari
cara seseorang dalam mengekspresikan rasasyukur, pujian, kepercayaan dan
sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fanaini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa
(Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari
praktik keagamaan seseorang.
4. Kesehatan sosial terwujud apabila
seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik,
tanpa membedakan ras, suku,agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi,
politik, dan sebagainya, sertasaling toleran dan menghargai.
5. Kesehatan dari aspek ekonomi
terlihat bila seseorang (dewasa) produktif,dalam arti mempunyai kegiatan yang
menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau
keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau
mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini
tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagikelompok tersebut, yang berlaku adalah
produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan
mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan
sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
1. KESEHATAN
MENTAL
Istilah Kesehatan mental sering menimbulkan asosiasi
kurang menyenangkan. Seolah-olah istilah itu hanya khusus untuk hal-hal yang
berkaitan dengan psikopatologiseperti skizofrenia, depresi, manic, gangguan
kepribadian seperti borderline,
agresif pasif, antisocial. Padahal kalau mau imbang dalam melihatnya sebetulnya
kesehatan mental juga akan berkaitan dengan kesehatan mental, bukan penyakit
atau gangguan saja. Kemudian ada istilah kesehatan mental positif. Ide tentang
kesehatan mental positif ditulis oleh Marie
Jahoda di tahun 1958. Artinya, kita tidak melihat kesehatan mental dari
sudut pandang penyakit mental atau gangguan mental, tapi mulai melihat
kesehatan mental dari sudut pandang positif. Artinya orang yang sehat mentalnya
punya penyesuaian dan kelenturan dalam menghadapi hidup. Kesehatan mental bukan
berarti tidak mengalami penyakit dan gangguan mental, melainkan manusia mampu
kembali kekehidupan sebelum dia mengalami tekanan berat dalam hidupnya.
2. SEJARAH
KESEHATAN MENTAL
Setelah Perang Dunia II, perhatian
masyarakat tentang kesehatan mental semakin bertambah. Kesehatan mental bukan
suatu hal yang baru lagi bagi semua
masyarakat. Pepatah Yunani tentang mens sana in confore sano merupakan
satu indikasi bahwa masyarakat di zaman sebelum masehi pun sudah memperhatikan
betapa pentingnya aspek kesehatan mental. Yang tercatat dalam sejarah ilmu kita
dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban
manusia dan sekaligus telah ada cara-cara untuk mengatasinya. Untuk lebih lanjutnya, berikut akan dijelaskan
secara singkat tentang sejarah perkembangan kesehatan mental.
3. PERKEMBANGAN KESEHATAN SEJARAH MENTAL
Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa
penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa.
Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara
di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat
dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan
perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah
satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang
yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal
dengan masa pra-ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan,
tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan. Masa selanjutnya adalah masa ilmiah,
dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai
kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan alam di Eropa. Dorothea
Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal
dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit
mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan
memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan
sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh
besar pada abad ke-19. Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada
ranah kesehatan mental adalah Clifford
Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama
dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam
dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam
asylum-asylum tersebut. Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan
jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari
perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi perlakuan-perlakuan kejam yang
tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah sakit jiwa tersebut. Setelah
dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa sembuh. Pengalaman pribadinya
itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak
peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu
program nasional, yang berisikan:
1. Perbaikan
dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye
memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan
lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan
mental.
3. Memperbanyak
riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan
mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar
usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan
gangguan-gangguan emosi.
William James dan Adolf Meyer, para psikolog
besar, sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf
Meyer-lah yang menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu
gerakan kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah
organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun
1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri
duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.
Daftar Pustaka
1. Duane Schultz. 1991. Psikologi
Pertumbuhan (Model-Model Kepribadian Sehat). Yogyakarta : Kanisius.
2. Kholil Rochman Lur. 2010. Kesehatan
Mental. Purwokerto : Fajar Media Press.
Langganan:
Postingan (Atom)